Minggu, 24 Juni 2012

PRAKERIN

PREKERIN merupakan proses bagi siswa dalam mengenal dunia kerja, dimana setiap siswa SMK wajib melakukannya. Dalam instansi atau industri dunia kerja, skill sangat di perlukan untuk dapat bersaing dalam dunia kerja.

Minggu, 09 Oktober 2011

STUDI TENTANG KUALITAS PEMBELAJARAN MATA DIKLAT PRODUKTIF KOMPETENSI KEAHLIAN RPL DI SMK


Kompetensi keahlian Rekayasa Perangkat Lunak (RPL) merupakan jurusan baru di SMK yang terdapat mata diklat produktif yang memegang peranan penting dalam tujuan pembelajaran pendidikan kejuruan sehingga nantinya dapat menyiapkan peserta didik untuk siap menghadapi dunia kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas tenaga pengajar, perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran,  dan evaluasi pembelajaran yang dilaksanakan pada mata diklat produktif kompetensi keahlian Rekayasa Perangkat  Lunak di SMK. 
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus observasional. Instrumen utama penelitian ini adalah peneliti sendiri. Subjek pada penelitian ini adalah kepala kompetensi keahlian Rekayasa Perangkat Lunak, guru mata  diklat produktif kompetensi keahlian Rekayasa Perangkat Lunak, dan siswa kompetensi keahlian Rekayasa Perangkat Lunak.  Prosedur pengumpulan data meliputi (1) wawancara; (2) observasi dan pengamatan; dan (3) dokumentasi. Data yang diperoleh  melalui prosedur tersebut dianalisis dengan menggunakan teknik deskriptif yang penerapannya pada tiga alur kegiatan, yaitu: (1) reduksi data; (2) penyajian data; dan (3) penarikan kesimpulan.
Berdasarkan hasil penelitian, penganalisisan data dan penarikan kesimpul-an diperoleh temuan-temuan, sebagai berikut:(1) kualitas tenaga pengajar mata diklat produktif kompetensi keahlian RPL di SMK adalah baik,  terbukti dari penilaian atasan, teman sejawat, dan diri sendiri yang menyatakan bahwa guru mata diklat produktif kompetensi keahlian RPL  di SMK telah memiliki klasifikasi akademik yang sudah sesuai dengan tanggung jawabnya, memiliki kompetensi profesional, kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial.; (2) kualitas perencanaan pembelajaran mata diklat produktif kompetensi keahlian RPL di SMK dalam penyusunan perencanaan pelaksanaan pembelajaran telah disusun secara sistematis ber-dasarkan pada silabus dan standar kompetensi serta kompetensi dasar yang telah ditetapkan.; (3) kualitas pelaksanaan pembelajaran mata diklat produktif  kompetensi keahlian RPL di SMK dikatakan baik dan dilaksanakan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat oleh guru.; (4) kualitas evaluasi pembelajaran mata diklat produktif kompetensi keahlian RPL di SMK sudah baik, karena  guru telah mengevaluasi hasil belajar siswa dengan menggunakan tiga ranah, yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Sabtu, 08 Oktober 2011

TENTANG RPL


Istilah software engineering digunakan pertama kali pada akhir 1950-an dan awal 1960-an. Saat itu, masih terdapat debat tajam mengenai aspek engineering dari pengembangan perangkat lunak.
Pada tahun 1968 dan 1969, komite sains NATO mensponsori dua konferensi tentang rekayasa perangkat lunak, yang memberikan dampak kuat terhadap perkembangan rekayasa perangkat lunak. Banyak yang menganggap bahwa dua konferensi inilah yang menandai awal resmi profesi rekayasa perangkat lunak.

Pada tahun 1960-an hingga 1980-an, banyak masalah yang ditemukan para praktisi pengembangan perangkat lunak. Banyak projek yang gagal, hingga masa ini disebut sebagai krisis perangkat lunak. Kasus kegagalan pengembangan perangkat lunak terjadi mulai dari projek yang melebihi anggaran, hingga kasus yang mengakibatkan kerusakan fisik dan kematian. Salah satu kasus yang terkenal antara lain meledaknya roket Ariane akibat kegagalan perangkat lunak.

Selama bertahun-tahun, para peneliti memfokuskan usahanya untuk menemukan teknik jitu untuk memecahkan masalah krisis perangkat lunak.
Berbagai teknik, metode, alat, proses diciptakan dan diklaim sebagai senjata pamungkas untuk memecahkan kasus ini. Mulai dari pemrograman terstruktur, pemrograman berorientasi object, perangkat pembantu pengembangan perangkat lunak (CASE tools), berbagai standar, UML hingga metode formal diagung-agungkan sebagai senjata pamungkas untuk menghasilkan software yang benar, sesuai anggaran dan tepat waktu.

Pada tahun 1987, Fred Brooks menulis artikel No Silver Bullet, yang berproposisi bahwa tidak ada satu teknologi atau praktik yang sanggup mencapai 10 kali lipat perbaikan dalam produktivitas pengembangan perangkat lunak dalam tempo 10 tahun.
Sebagian berpendapat, no silver bullet berarti profesi rekayasa perangkat lunak dianggap telah gagal. Namun sebagian yang lain justru beranggapan, hal ini menandakan bahwa bidang profesi rekayasa perangkat lunak telah cukup matang, karena dalam bidang profesi lainnya pun, tidak ada teknik pamungkas yang dapat digunakan dalam berbagai kondisi.



 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes